Kamis, 29 Agustus 2013

Jumat, 13 Februari 2009

Lima Detik Pertama Penentu Sukses

Sukses, mungkin tidak satupun manusia di dunia ini yang tak ingin meraihnya, karena bahkan seorang yang berencana bunuh diripun tak ingin mengalami kegagalan. Maksudnya, orang akan menanggung malu teramat besar jika upaya bunuh dirinya ternyata tidak berhasil, meskipun seharusnya ia bersyukur. Mungkin terlalu ekstrim jika yang diambil contoh adalah soal bunuh diri, namun hal itu sekedar ingin memberikan gambaran bahwa untuk hal paling hina pun orang berusaha maksimal untuk merealisasikannya.

Apapun, untuk meraih sukses, kuncinya adalah rencana yang matang dan usaha yang maksimal untuk menjalankan semua yang telah terencana itu. Dalam prinsip manajemen, langkah ini biasa dikenal dengan, Rencanakan Apa Yang Hendak Dikerjakan, dan Kerjakan Apa yang Sudah Direncanakan. Artinya, jika keluar dari prinsip tersebut, bisa jadi satu keniscayaan bahwa kegagalan segera menghampiri Anda.

Namun, tahukah Anda apa yang paling menentukan dari semua proses awal menuju kesuksesan ketika hendak memulai satu upaya merealisasikan semua rencana? Rahasia sukses seseorang dalam meraih semua impiannya, entah itu berkenaan dengan karir, hubungan interpersonal atau apapun yang menjadi obsesinya ternyata ada pada lima detik pertama setiap langkah awalnya.

Lima detik begitu menentukan? Tepat! Karena yang harus Anda lakukan pada lima detik pertama itu adalah kunci sukses nomor satu yang tidak boleh dilewatkan, satu hal yang sangat mudah dan praktis untuk dilakukan: Tersenyum. David J Lieberman dalam sebuah buku laris yang berjudul, "Get Anyone To Do Anything" menyebutkan, taktik nomor satu untuk menciptakan kesan pertama yang luar biasa tetapi mudah dilakukan adalah: Tersenyum. :)

Mengapa senyum? Jangan pernah pernah menganggap sepele tersenyum, karena Rasulullah SAW pun memberikan nilai sedekah untuk setiap senyum yang kita berikan kepada saudara kita. Selain itu, senyum mampu menciptakan empat hal yang luar biasa: Menimbulkan rasa percaya diri, kebahagiaan, dan semangat. Dan yang lebih penting, tersenyum menandakan penerimaan yang tulus.

Orang yang tersenyum dianggap sebagai orang yang penuh percaya diri karena ketika kita sedang grogi atau tidak yakin dengan diri kita atau sekitar kita, kita cenderung untuk tidak tersenyum. Tentu saja tersenyum menimbulkan kebahagiaan sehingga akan mempertemukan kita kepada orang-orang yang bahagia karena kita melihat mereka dengan cara yang positif. Semangat sangat penting untuk menciptakan kesan yang baik karena semangat itu dapat menular kepada orang lain. Dengan tersenyum menunjukkan bahwa Anda menyenangi tempat dimana Anda berada dan senang bertemu dengan orang yang Anda temui sehingga pada gilirannya dia akan semakin tertarik untuk bertemu Anda. Pada akhirnya, tersenyum menunjukkan penerimaan yang tulus dan menyebabkan orang lain tahu bahwa Anda mau menerima dia dengan tulus.

Anda tentu masih ingat pesan sebuah iklan produk parfum pria yang pernah ditayangkan di TV yang berbunyi, "Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah Anda". Ya, kesan pertama, itulah yang harus Anda ciptakan untuk bisa memulai segalanya lebih lancar sehingga kesuksesan seolah sudah digenggaman Anda. Dan tersenyum, jelas cara yang paling ampuh untuk menciptakan kesan pertama yang mengagumkan.

Berkenaan dengan kesan pertama ini, ada sesuatu yang disebut pengaruh pertama, yakni sebuah proses dimana kesan pertama kita terhadap orang lain menyebabkan kita menilai perilaku berikutnya atas dasar kesan pertama kita. Ini artinya, kesan pertama kita terhadap seseorang sangat penting karena segala sesuatu yang kita lihat dan kita dengar selanjutnya disaring melalui pendapat kita yang pertama. Akibatnya, Anda menciptakan citra orang tersebut sebagaimana ketika mula-mula Anda bertemu dengannya dan Anda melihat perilakunya pada masa-masa selanjutnya melalui citra ini. Jadi, apabila kesan pertama seseorang terhadap Anda baik, maka dia akan cenderung lebih baik dalam menilai anda pada masa-masa selanjutnya.

Dimanapun, kapanpun, bersama siapapun, sedang apapun ketika Anda tengah berinteraksi dengan orang lain, jadikan senyum sebagai modal utama Anda. Senyum bisa menjadi senjata yang paling ampuh dalam berbagai kondisi, seperti hubungan interpersonal dan interelasi, saat interview, wawancara dan lain sebagainya. Sebagai ingatan, jangan pernah sia-siakan momentum awal (detik-detik pertama) untuk tidak menjadikannya sebaik mungkin, karena percakapan dan hubungan Anda selanjutnya akan disaring melalui momentum awal ini, dengan demikian akan menciptakan kesan yang sangat baik. Itulah sebabnya mengapa tersenyum itu sangat penting. Lakukanlah dengan segera dan senyum akan menjelaskan banyak hal tentang diri Anda : Semuanya Positif.

Rabu, 06 Februari 2008

test post

Untuk Apa Kita Hidup?

Hidup itu ngapain, sih? Pertanyaan ini terus berputar di kepalaku beberapa minggu terakhir ini.

Pertanyaan itu muncul ketika aku merunut kembali kehidupanku. Aku hidup sudah bertahun-tahun. (Hmmm ... hitungan berdasarkan tahun, bahkan abad membuatku ngeri. Nggak disangka, aku sudah bernapas selama itu). Dan sekarang aku juga telah hidup dalam hembusan sahara di negeri kinanah. Tapi kok rasanya nggak ada sesuatu yang istimewa dalam hidupku, ya? Semua berjalan begitu saja. Kadang sedih, kadang senang. Kadang beruntung, kadang sial. Aku juga sering ke masjid, dan terus berdo'a. Tetapi sepertinya aku sudah mengabaikan sebuah pertanyaan yang esensial, yaitu "untuk apa aku hidup?"

Ketika aku melihat orang-orang di sekitarku, aku sering kali mendapati orang-orang yang kebingungan dan tidak tahu bagaimana memaknai hidup. Mereka menjalani rutinitas hidup seperti robot. Bernapas. Makan. Tidur. Berolahraga. Bekerja. Belajar. Dan seterusnya. Mereka tidak tahu mengapa mereka melakukan itu semua. Yang penting hidup, mungkin begitu prinsipnya. Lalu, apakah hidup itu cuma diisi dengan hal-hal seperti itu? Dan apakah aku termasuk orang-orang seperti itu, yang tanpa kusadari menjalani rutinitas tanpa tahu maknanya?

Ya, untuk apa kita hidup? Untuk sekolah supaya pintar? Untuk bekerja dari pagi sampai sore bahkan sampai malam hari? Untuk mengejar kekayaan? Untuk berdoa sepanjang hari? Untuk membesarkan anak? Lalu apakah itu tujuan akhir dari perjalanan hidup kita?

Apakah setelah melakukan dan mendapatkan itu semua, kita merasa puas dan tidak ingin apa-apa lagi?

Ketika aku membaca buku-buku tentang manajemen hidup, dikatakan bahwa kita harus pandai-pandai mengatur hidup kita. Kita harus merancang masa depan kita sebaik-baiknya. "Aturlah jadwal kegiatan Anda", "Susunlah agenda Anda", "Jagalah kesehatan Anda ", "Binalah hubungan baik dengan semua orang", dan sebagainya. Lalu apakah dengan melakukan itu semua kita akan bahagia? Apakah kita akan mendapatkan kenyamanan hidup?

Ketika aku bertanya kepada seorang teman tentang bagaimana ia memaknai hidup, ia dengan penuh semangat mengatakan bahwa hidup itu adalah pengorbanan. (Oya?)

Mungkin aku termasuk orang yang skeptis. Namun, bagaimanapun juga aku menganggap bahwa semua yang dikatakan oleh buku dan orang-orang itu benar. Ya, semua benar. Mengapa? Karena setiap orang melihat sesuatu yang berbeda-beda, dan karena itulah mereka mengakumulasikan jawaban mereka untuk hal yang mereka lihat dan rasakan.

Setelah merenung-renung selama beberapa hari, akhirnya aku membuat jawaban untuk aku sendiri. Jawaban ini saya buat setelah aku memikirkan akhir kehidupan kita di dunia ini, yakni kematian. Kematian adalah sebuah fenomena yang akan kita hadapi dan kita alami. Dan kita tidak tahu kapan kematian akan menjemput kita. Sepuluh tahun lagi, dua puluh tahun lagi, atau bahkan satu jam lagi (siapa tahu?). Dan menurut hemat aku, setelah kematian kita akan mempertanggungjawabkan semua perbuatan kita di dunia ini. Untuk mempertanggungjawabkan semuanya itu, kita harus mempersiapkan diri sedari sekarang, yakni dengan berbuat baik kepada setiap orang yang kita jumpai, kepada lingkungan di sekitar kita, dan terutama kepada Dia tempat segala pertanggungjawaban kita ini.

Namun, berbuat baik saja tidak akan cukup. Kita harus mengembangkan diri semaksimal mungkin, mengembangkan talenta yang telah Tuhan berikan, serta menjaga apa saja yang telah Dia percayakan kepada kita. Setelah kita berbuat baik, seturut ajaran-Nya, kita akan siap sewaktu-waktu Tuhan memanggil. Meskipun cita-cita kita belum terwujud, atau keinginan kita belum tercapai, tetapi jika kita telah berbuat baik, aku yakin Tuhan pasti akan senang hati menerima kita. Dia pasti akan menghargai "proses untuk mewujudkan cita-cita kita". Bukankah selama proses itu kita melakukan suatu "tindakan"? Dan satu hal yang penting yang kucatat adalah jika kita melakukan hal yang terbaik, kita akan melakukannya dengan penuh kesadaran dan dengan penuh cinta. Dengan kesadaran itu kita akan dapat selalu menikmati hal-hal kecil yang ada di sekitar kita dan mensyukurinya setiap waktu.

Begitulah makna hidup buatku: Melakukan yang terbaik dengan penuh cinta dan penuh kesadaran untuk diri kita sendiri, orang-orang di sekitar kita, dan untuk selalu memuliakan sang Khalik. Ketika kita benar-benar sadar akan tujuan hidup yang sejati itu dan menghidupi tujuan "MEMULIAKAN TUHAN" saat itulah kita akan benar-benar hidup dan tahu bagaimana seharusnya menghidupi kehidupan.
Semoga dengan tulisanku ini, penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. akan membuahkan pembelajaran serta nuansa baru dari hakekat kehidupan ini. Amien..............
Sekian
Cairo, 01 Juni 2006

sumber : Ikbal Al-amien